Kamis, 21 April 2016

6 Alasan Ahok akan Kalah dari Risma jika ke Jakarta

Tri Rismaharini merupakan seorang Wali Kota  yang berasal dari Kota Surabaya. Namanya menjadi sangat terkenal usai berhasil menutup salah satu lokalisasi terbesar yaitu “Dolly”.
Semenjak saat itu, nama Tri Rismaharini atau yang biasa dipanggil dengan sebutan Risma mulai dielu-elukan orang banyak.
Beragam penghargaan sudah didapatkan Risma baik yang lokal hingga internasional. Tentu penghargaan tersebut didapatkannya berkat kerja kerasnya selama ini.
Terdapat sesuatu yang unik dari Risma yaitu dikenal sangat merakyat seperti sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi). Risma sangat suka mengerjakan beberapa pekerjaan yang seharusnya bisa dilakukan oleh anak buahnya.
Misalnya saja seperti membersihkan taman kota, turun langsung jika ada kebakaran, mengatur lalu lintas jika sedang macet, dan lain sebagainya.
Ilustrasi - Alasan Risma akan menang melawan Ahok.
Nah, sekarang, hatree.net akan mengulas tentang bagaimana sih kemungkinan Bu Risma untuk datang ke Jakarta melawan Ahok yang saat ini masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Terdapat beberapa alasan yang sudah hatree.net ulas tentang kenapa Bu Risma akan bisa mengalahkan Ahok jika memang benar akan ke Jakarta. Berikut ulasannya!

1. BU RISMA ADALAH SEORANG MUSLIM

Bu Risma seperti yang sudah diketahui adalah beragama Islam. Tidak bisa dipungkiri lagi kalau negara Indonesia ini memang sangat kental dengan agama Islam. Oleh karena itulah, saat ini terjadi pro dan kontra soal Ahok yang menjadi Gubernur DKI Jakarta karena beragama Kristen.
Bu Risma yang mempunyai agama Islam, tentu menjadi obat tersendiri bagi masyarakat Jakarta yang ingin mencari pemimpin hebat yang berasal dari agama Islam.
Wanita yang lahir di Kediri pada tahun 1961 silam ini memang diketahui cukup matang jika dilihat dari persepsi keagamaannya. Bu Risma dalam kesehariannya juga mengenakan Jilbab (Hijab) yang tentu akan menambah poin keagamaan Bu Risma sendiri.

2. BU RISMA TELAH MEMBUKTIKAN KINERJANYA DI SURABAYA

Mungkin untuk informasi juga mengenai Karir Birokrat dari seorang Bu Risma adalah sebagai berikut ini:
  1. Kepala Seksi Tata Ruang dan Tata Guna Tanah Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (1997)
  2. Kepala Seksi Pendataan dan Penyuluhan Dinas Bangunan Kota Surabaya (2001)
  3. Kepala Cabang Dinas Pertamanan Kota Surabaya (2001)
  4. Kepala Bagian Bina Pembangunan (2002)
  5. Kepala Bagian Penelitian dan Pengembangan (2005)
  6. Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (2005)
  7. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2008)
  8. Wali Kota Surabaya (2010-2015; 2016-Sekarang)
Tri Rismaharini mulai menata Kota Surabaya dari yang buruk penataannya sejak dirinya menjadi Kepala DKP. Ia melanjutkan tugas tersebut sejak dilantik menjadi wali kota pada 2010. Pada masa kepemimpinannya di DKP, hingga menjadi wali kota, Surabaya menjadi lebih asri dan tertata dengan baik dibandingkan sebelumnya, lebih hijau dan lebih segar

3. BU RISMA DIANGGAP LEBIH SANTUN DARIPADA AHOK

Ahok sudah sangat dikenal sebagai orang yang tempramental dan suka marah-marah. Kalau sudah mengamuk, ragam kata kurang sopan juga akan terlontar. Hal inilah yang juga membuat makin banyak orang kurang begitu suka dengan perangai Ahok.
Oleh karena itulah, Bu Risma tentu akan dianggap lebih santun jika dibandingkan dengan Ahok. Bahasa yang digunakan oleh Bu Risma lebih ke arah konstitusi dan sesekali menggunakan bahasa Jawa.
Bahkan, Bu Risma juga telah menerima penghargaan “Ideal Mother Awards” loh!
Ideal Mother Awards
Awal pekan lalu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menerima Ideal Mother Award dari Universitas Kairo, Mesir. Dia menyisihkan tujuh nominator perempuan dari tujuh negara di Timur Tengah.
Risma menerima penghargaan itu mewakili negara dari kawasan Timur Tengah. Tujuh nominator lainnya berasal dari Bahrain, Kuwait, Oman, dan Nigeria.
“Ada delapan nominasi yang diundang, tapi hanya saya yang presentasi,” kata Risma, Kamis (24/3/2016).
Penghargaan dari Universitas Kairo bekerja sama dengan Rashid Al Maktoum Foundation itu rutin diberikan kepada figur perempuan yang dinilai berpengaruh bagi masyarakat di sekitarnya.
“Tahun ini kebetulan saya yang ditawari oleh KBRI Mesir dan saya bersedia,” ujarnya.
KBRI Mesir menawari Risma setelah menerima surat dari Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO). ISESCO merupakan lembaga ilmu pengetahuan dan kebudayaan di bawah naungan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Kepala Bagian Humas Pemkot Surabaya Muhammad Fikser mengatakan, Risma dipilih karena sudah melalui berbagai macam pertimbangan.
“Ibu Risma, menurut KBRI Kairo, dinilai figur yang memenuhi semua standar dan persyaratan yang ditetapkan panitia,” ujarnya.
Di samping itu, negara juga ingin menunjukkan kepada publik Mesir bahwa di Indonesia, ada perempuan yang mempunyai kapabilitas, kapasitas sebagai seorang pemimpin, pendidik, motivator sekaligus inspirator bagi seluruh masyarakat

4. BU RISMA JUGA TAK KALAH BERANI DARI AHOK

Siapa yang tidak mengenal keberanian Bu Risma waktu memutuskan untuk tutup wilayah lokalisasi “Dolly”? Semua orang sangat kagum terhadap keberanian Bu Risma.
Sejarah Gang Dolly di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur akan segera tamat pada tanggal 19 Juni mendatang. Ketenaran lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara ini, sebentar lagi hanya tinggal cerita yang turut mewarnai perjalanan sejarah Kota Pahlawan.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sudah memutuskan, semua lokalisasi di Kota Pahlawan, termasuk Gang Dolly dan Jarak, menyalahi Perda Nomor 7 tahun 1999, tentang larangan bangunan dijadikan tempat asusila.
Tak hanya itu, wali kota yang dijuluki si singa betina, karena ketegasan dan prinsipnya itu, juga ingin mengajak warganya untuk mencari rizki halal tanpa harus menjual tubuhnya di tempat lokalisasi. Untuk itu, dia berusaha mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dengan memberdayakannya sesuai skil mereka masing-masing.
Sebagai penunjang, Risma mengadakan pelatihan-pelatihan yang kelak bermanfaat. Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini, juga memberi bantuan modal hingga mantan penghuni lokalisasi bisa mandiri secara ekonomi.
Alasan yang ketiga, menyangkut masalah pendidikan moral anak-anak hingga usia remaja yang berada di sekitar lokalisasi. Mau tidak mau, geliat prostitusi akan berdampak pada psikologis anak-anak di sekitar lokalisasi. Dalam setiap kesempatan menyangkut masalah penutupan lokalisasi, Risma selalu mengungkapkan, dia pernah menemui PSK yang sudah berumur, tapi yang menjadi langganannya adalah anak-anak sekolah. Miris.
“Ini yang menjadi alasan utama Ibu Wali menutup semua lokalisasi di Surabaya. Rencana ini sudah lama. Sebelum penutupan, beliau sudah sering turun bertemu dengan warga sekitar lokalisasi. Pendekatan-pendekatan terus dilakukan. Bahkan, Polrestabes Surabaya pernah memfasilitasi pertemuan antara Ibu Wali dengan pihak warga,” terang Kabag Humas Pemkot Surabaya, Muhammad Fikser saat berbincang-bincang dengan merdeka.com Selasa lalu (20/5).
Fikser juga mengungkap, untuk saat ini, menjelang penutupan memang ada banyak pertentangan, yang tak memungkinkan bagi Risma untuk menemui warga dan berdialog.
“Pro dan kontra itu pasti. Dan kita akan tetap memikirkan agar tidak terjadi gejolak apalagi terjadi benturan fisik. Termasuk memikirkan nasib perekonomian mereka.”
“Untuk saat ini, memang bagi Ibu Wali tidak memungkinkan untuk bertemu warga di lokalisasi. Karena sudah banyak kepentingan yang masuk di sana,” lanjutnya.
Memang niat baik, tidak selalu berjalan mulus. Pro-kontra selalu ikut mewarnai niat tulus. Penghuni Dolly dan Jarak, didukung elemen Front Pekerja Lokalisasi (FPL), Gerakan Rakyat Bersatu (GRB) dan Paguyuban Arek Jawa Timur (Pagarjati) serta beberapa elemen lain, termasuk Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana ikut mewarnai pertentangan itu. Namun, pada hari Rabu lalu (21/5), saat menggelar pertemuan untuk kali kedua dengan warga Gang Dolly, matanya menjadi terbuka. Orang-orang yang dibelanya, jauh dari harapan. Politisi asal PDIP ini, terkesima dengan permintaan Ketua Pedagang Kaki Lima (PKL) di Gang Dolly, Gatot yang meminta ganti rugi usaha senilai Rp 1 miliar per kepala.
Mendengar itu, Whisnu menantang, jika orang-orang yang dibelanya tetap ngelunjak, dia akan membiarkan penutupan Gang Dolly tanpa solusi.
“Jika itu terjadi, karena yang rugi warga sendiri. Mau tidak mau, 19 Juni, Dolly dan Jarak harus tutup. Sementara saya sudah memperjuangkan nasib warga terdampak dan konsep yang saya tawarkan disetujui Ibu Wali,” kata Whisnu waktu itu.
Bahkan Whisnu membandingkan, jumlah pesangon atau ganti rugi warga di Dolly dan Jarak nilainya lebih besar dari empat lokalisasi yang sudah ditutup sebelumnya, yaitu Tambak Asri, Bangun Rejo, Sememi dan Klakah Rejo.
“Kalau tidak percaya, sampeyan (Anda) akan saya tunjukkan, apa yang saya perjuangkan untuk sampeyan-sampeyan itu nilainya jauh lebih besar, kalau tetap ngelunjak, saya bilang ditutup ya ditutup. Siapa yang rugi? Wong kalau mau ngomong salah ya salah, wong ini (Dolly) salah,” kata Whisnu kesal.
Sementara itu, mesti memicu gejolak, rencana penutupan Gang Dolly dan Jarak, hingga saat ini setiap malam, masih menggeliat seperti hari-hari sebelumnya. Kehidupan malam, seolah tak terganggu dengan ‘auman sang Singa Betina.’
Perempuan-perempuan berpakaian minim duduk di belakang etalase kaca mirip akuarium raksasa, duduk berjajar di atas sofa memamerkan paha-paha indahnya ke siapa saja yang melintas. Dentuman musik bergenre dangdut masih terdengar keras.
Gemerlap lampu warna-warni masih menyala dan makelar-makelar cinta satu malam masih aktif menawarkan gacoannya digoyang. Aktivitas para penghuni Gang Dolly seolah meyakinkan, seperti pemimpin-pemimpin sebelum Risma, selalu gagal menutup lokalisasi yang sudah menjadi ikon Kota Pahlawan itu.
Termasuk saat kepemimpinan Bambang Dwi Hartono, yang hanya bisa membatasi jumlah PSK di tiap wisma. “Sekitar tahun 1990-an, sempat ada penutupan di sana, tapi tidak lama, dan kembali buka lagi. Nah kita tidak ingin seperti itu, makanya rencana ini kita pikirkan secara matang. Memang tidak bisa serta merta. Penutupan ini akan kita kawal terus,” kata Fikser.

5. BU RISMA JADI FENOMENA JOKOWI & AHOK WAKTU MELAWAN FOKE

Masih ingat dong dengan kedatangan Presiden Jokowi dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dulu?
Siapa sih yang mengenal Jokowi dan Ahok dulu? Mereka hanya bermodalkan “Track Record” yang baik untuk mendapatkan simpati masyarakat.
Hal yang sama sepertinya juga akan terjadi bila benar Bu Risma berangkat ke Jakarta menantang sang petahana Gubernur DKI Jakarta, Ahok.
Mungkin perlu diketahui bahwa dulu, Foke dan Nara didukung oleh banyak partai, yaitu:
  1. Partai Demokrat
  2. Partai Amanat Nasional (PAN)
  3. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
  4. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
  5. Partai Bulan Bintang (PBB)
  6. Partai Matahari Bangsa (PMB)
  7. Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU)
Sedangkan untuk Jokowi dan Ahok hanya didukung oleh dua partai:
  1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
  2. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
Namun, pada akhirnya, Jokowi dan Ahok memenangkan Pemilihan Umum Gubernur DKI Jakarta Tahun 2002.
6. Bu Risma bahkan sudah punya rencana untuk Jakarta
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini atau Risma, mengaku sudah memiliki konsep untuk pembangunan DKI Jakarta. Risma pun mengklaim sudah melakukan analisis untuk mewujudkan pembangunan itu.
“Saya itu menganalisanya dengan jalan-jalan di Jakarta, dan melihat apa yang dibutuhkan untuk membangun Jakarta,” ujar Risma di Balai Kota Surabaya, Jumat 11 Maret 2016.
Namun, alumnus ITS itu kembali menegaskan tidak akan maju dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Alasannya, dia ingin menuntaskan tugasnya sebagai Walikota Surabaya.
Mengenai sikap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Risma mengatakan keputusan itu telah diterimanya. “Ibu sudah pirso (tahu), makanya beliau menerima keputusan itu,” ujar Risma.
Namun, Risma mengaku siap membantu pemenangan calon yang diusung PDIP dalam Pilgub DKI Jakarta. Salah satunya dengan menjadi bagian dari tim sukses, atau tim pemenangan.
“Kalau diminta kampanye juga sudah siap. Itu memang tugas kader. Seperti waktu saya diminta kampanye di Jambi maupun Kalimantan Tengah,” kata Risma.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : 6 Alasan Ahok akan Kalah dari Risma jika ke Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar